Apa
yang terjadi jika bumi mengalami pergiliran musim yang cukup ekstrim ? hal ini
terjadi beberapa juta tahun lalu. Yaitu zaman glacial dan interglasial. Zaman glasial
dimulai dengan adanya Zaman Pleistosen yang berlangsung sekitar 600.000 tahun
lalu.
Zaman pleistosen ditandai dengan
adanya siklus glasialisasi, yaitu mendinginnya iklim bumi dan meluasnya lapisan
es tebal di kedua kutub. (Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa zaman es
juga terjadi pada masa-masa jauh sebelum Zaman Pleistocenini). Terdapat
bukti-bukti terjadinya sekurang-kurangnya 8 kali zaman es besar (empat di
antaranya yang ekstrim, termasuk zaman es yang terakhir), diselingi zaman
“antar-es” (interglacial) yang iklimnya relatif panas.
Pada
setiap zaman es, terjadi siklus yaitu air lautan mendingin lalu penguapan air
menjadi berkurang. Hal itu lalu mengakibatkan jumlah awan berkurang dan curah
hujan menurun sehingga tumbuhan berkurang dan gurun bertambah luas. Lapisan es
di kutub bertambah tebal dan meluas ke daerah iklim sedang, sampai sepertiga
permukaan bumi tertutup es. Karena banyak air berubah menjadi es, maka
permakaan air laut surut, di beberapa tempat sampai lebih 100 meter.
Hal
yang sebaiknya terjaadi pada zaman Interglacial: iklim menjadi panas -> es
kutub dan es gunung mencair -> hujan bertambah -> tumbuhan bertnabah.
Juga permukaan laut naik sampai lebih dari 100 meter; laut “menyerbu” jauh ke
daratan. Kecepatan naiknya permukaan laut ini rata-rata 5 cm/ tahun.
Sementara
itu di wilayah-wilayah bekas es, karena beban es itu tidak ada lagi, permukaan
tanah naik ke atas berkat elastisitas kulit bumi. Kenaikan tanah ini ada yang
lebih cepat dari naiknya permukaan laut, sehingga sedimen-sedimen laut
ditemukan jauh di atas laut. Ini adalah proses “vaulting” yaitu pergeseran tektonik
lempeng-lempeng kulit bumi, yang bisa mengangkat dasar laut mencuat jauh ke
atas.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN
IKLIM
Di
Ensikopedia Britannica disebutkan, selama lebih dari saut abad para ilmuwan
memperdebatkan terjadinya siklus iklim pada Zaman Pleistosen dan
sebab-musababnya. Kata EB, ”many theories have been proposed to account for the
[pleistocene] glaciation (pembentukan es), but most are deficient in view of
_current_scientific knowledge about Pleistocene climates. One early theory of
astronomical cycles, seems, to explain much of the climatic cycles.” Kemudian
EB merasa perlu untuk bercerita panjang lebar mengenai teori astronomis itu.
Peredaran
bumi mengelilingi matahari (revolusi) diketahui mempunyai beberapa parameter
yang berubah secara siklis:
(1) Eksentritas orbit bumi, di mana
sumbu eksentriknya bergeser dengan siklus 100 ribu tahun jadi tiap 100 ribu
tahun sekali ada masa ketika musim dingin yang ekstra dingin di utara
bertepatan dengan titik paling jauh bumi dari matahari à hasilnya adalah musim dingin yang ekstra dingin
(2) Kemiringan sumbu bumi dari bidang
orbit bumi yang juga mempunyai siklus 41 ribu tahun;
(3) Pergeseran sumbu bumi (presesi) yang
mempunyai siklus 19 ribu dan 23 ribu tahun.
Dari
ketiga parameter ini, para pakar dapat menghitun grafik radiasi panas yang
diterima bumi untuk setiap garis lintang, dan setiap musim, selama 600 ribu
tahun terakhir. Kemudian, pada tahun 1976 disajikan laporan hasil penelitian
yang membuktikan siklus astronomis itu dengan kehisupan di bumi. Yakni dengan
melakukan : 1) ‘Dating’ pada tingkat-tingkat dasar laut di Barbados dan Papua;
dan yang lebih penting 2) Penetapan kronologi pembentukan es (Glasiasi)
sebagaimana disimpulkan dari pengukuran isotop O2 kelautan. Analisis
spectral dari isotop O2 yang diambil dari sampel-sampel laut dalam
memperlihatkan adanya variasi iklim yang siklusnya mirip dengan siklus
astronomis di atas : 100.000 tahun, 43.000 tahun, 24.000 dan 19.000 tahun.
Penyebab
terjadinya zaman es salah satunya adalah akibat terjadinya proses pendinginan
aerosol yang sering menimpa planet bumi. Letusan gunung Krakatau adalah salah
satu contohnya dalam skala kecil sedangkan salah satu teori kepunahan
dinosaurus (tumbukan Chicxulub) adalah salah satu contoh skala besar.
Zaman
Es Terakhir
Dari
segi pandang sudut di atas, zaman es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang
lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene
(akhir Pleistocene). Proses pelelehan es di zaman ini berlangsung relatif lama
dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang
lalu.
Zaman
Es di Nusantara
Ketika
zaman es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, karena banyak
air yang membeku di daerah kutub. Kala itu Laut China Selatan kering, sehingga
kepulauan Nusantara barat tergabung dengan daratan Asia Tenggara. Sementara itu
pulau Papua juga tergabung dengan benua Australia. Setelah peristiwa pelelehan
es tersebut, gelombang migrasi manusia ke Nusantara mulai terjadi.
Bukti
adanya zaman es
Bukti geologis zaman es bermacam – macam,
termasuk cacat pada batuan, glacial moraines, drumlin, potongan lembah,
kemiringan batuan dan juga batuan glacial. Glacial suksesi cenderung mengahapus
dan mengubah bukti geologisnya, membuat jadi lebih susah untuk diperkirakan.
Lebih jauh lagi, bukti ini masih terlalu susah untuk di perkirakan waktunya
secara tepat; teori – teori mengasumsikan bahwa jaman glacial lebih pendek
dibanding interglacial. Adanya batuan sedimen dan es menunjukan kenyataan
sebenarnya: jaman glacial itu panjang dan interglacial itu pendek.
Bukti Khemis sebagian besar terdiri
dari variasi rasio isotop pada fosil yang terdapat pada sedimen dan batuan
sedimen dan batuan sedimen laut. Untuk periode glacial yang paling baru inti es
menyediakan proxy iklim dari es, dan sample atmosfer dari yang terdapat pada
gelembung di udara. Karena air mengandung isotop lebih berat mempunya titik uap
yang lebih tinggi, maka prporsinya berkurang dengan kondisi yang lebih dingin.
Ini mengakibatkan catatan tempratur dapat tersusun. Walaupun begitu, bukti ini
dapat ditemukan pada factor lain yang tercatat oleh rasio isotop.
Bukti Paleontologis
terdiri dari perubahan – perubahan pada persebaran geografis fosil. Pada saat
periode glacial organisme bersuhu dingin tersebar pada keleluasaan lebih
rendah, dan organism yang menyukai kondisi lebih hangat menjadi punah. Bukti
ini juga cukup sulit untuk di interpretasikan karena membutuhkan (1) sedimen
yang terletak selama periode waktu yang lama, (2) organism kuno yang telah
bertahan selama beberapa juta tahun tanpa perubahan dan suhu layaknya mudah
diketahui; dan (3) penemuan fosil yang relevan, yang membutuhkan keberuntungan
tinggi.
Walaupun
dengan kesusahan seperti ini, analisis terhadap batangan es dan inti sedimen
laut menunujukan periode glacial dan interglacial selama beberapa juta tahun
lalu. Ini semua juga memastikan hubungan antar jaman es dan fenomena lempengan
antar benua seperti glacial moraines, drumlin dan batuan glacial. Maka itu
pergerakan lempeng benua telah diterima sebagai bukti yang baik untuk jaman es
awal ketika ditemukan di lembaran yang terbentuk jauh sebelum batangan es dan
laut ada.