Minggu, 27 April 2014

RAWA



      




    Rawa adalah genangan air daratan pada cekungan yang relatif dangkal dan  seringkali ditutupi tumbuh-tumbuhan air. Rawa terutama terdapat di bagian tengah dan hilir aliran sungai yang mengalir di dataran yang hampir sama tinggi dengan tinggi air sungai. Rawa juga terdapat di sepanjang pantai yang landai yang banyak  dipengaruhi pasang surut air laut. rawa seperti ini dinamakan rawa pantai, seperti yang terdapat di pantai timur Sumatera, pantai selatan kalimantan, dan Irian Jaya serta di beberapa tempat pantai utara Jawa. Terjadinya Rawa sesuai dengan proses terbentuknya, terdapat beberapa jenis rawa, yaitu sebagai berikut.

    • rawa abadi: Rawa abadi adalah rawa yang tidak pemah kering sepanjang tahun, terbentuk oleh genangan air hujan atau air tanah yang tidak mempunyai pelepasan. Air di rawa tersebut sangat asam dan berwarna kemerah-merahan Di rawa tersebut hampir tidak ada organisme yang dapat hidup, sehingga dapat dikatakan tidak berguna bagi manusia.
    • Rawa di pinggir aliran sungai yang mengalir di dataran dan berawal pada waktu sungai itu banjir. Ketika air sungai meluap, bahan kasar yang dibawa sungai akan membentuk tanggul alam sepanjang sungai itu. Di sebelah luarnya terendapkan bahan-bahan yang lebih halus. Ketika air surut kembali, genangan air di luar tanggul itu tidak dapat kembali ke sungai dan tergenanglah rawa sungai. Peristiwa yang sama akan terjadi setiap air sungai meluap dan tempat alirannya.
    • Rawa Sungai: Rawa sungai dapat juga terbentuk pada proses pemenggalan meander, yaitu yang disebut kalimat yang dalam bahasa Inggris oxbow lake (danau sepatu kuda) atauoxbow swamp (rawa sepatu kuda).  Rawa pantai terdapat di muara sungai. Pada waktu pasang naik, air laut masuk ke muara sungai dan melimpah ke dataran di sekitamya. Kejadian itu berlangsung dua kali dalam sehari, sehingga terbentuklah rawa pantai. Ketika air laut surut, permukaan air rawa tersebut rendah dan naik lagi pada waktu pasang naik. Dengan membuat saluran untuk memasukkan air sungai ke rawa pada waktu pasang naik dan mengeluarkan air rawa itu pada waktu pasang surut, derajat keasaman air rawa dapat dikurangi. Dengan demikian, rawa seperti itu dapat dijadikan sawah pasang surut. Beberapa daerah transmigrasi di Riau dan Kalimantan Selatan merupakan daerah pasang surut seperti itu.
    • Rawa Teluk: Rawa teluk di pantai Iandai terbentuk karena sebuah teluk terbendung oleh bar, yaitu endapan pasir yang tumbuh di dasar laut. Oleh karena pembendungan itu, dasar teluk menjadi bertambah dangkal dan tertutup vegetasi pantai, maka terbentuklah sejenis rawa pantai. 

    Struktur lapisan bumi




    Struktur Lapisan Bumi, terdiri dari:
    ·         Kerak Bumi
    o   Lapisan terluar bumi dengan ketebalan 5 – 70 km.
    o   Ketebalan Daratan adalah : 20 – 70km.
    o   Ketebalan Perairan adalah  : 5-10 km.
    Lapisan kerak tersusun atas:
    ¨       Lapisan Basaltis
    Lapisan yang kaya akan material basalt yang menyusun kerak samudera.
    ¨       Lapisan Granitis
    Lapisan yang kaya akan batuan granit yang menyusun kerak benua


    ·         Kulit Bumi atau selimut bumi
    Lapisan yang berada di bawah kerak bumi yang mempunyai suhu kira-kira 2000° C
    Selimut bumi dibagi menjadi 3 yaitu :
    §  Litosfer
    ¨       Lapisan selimut bumi yang paling atas.
    ¨       Terdiri dari materi-materi yang berwujud padat dan kaya akan silisium dan aluminium, dengan tebal sekitar 50-100 km.
    ¨       Karena bersama dengan kerak bumi, sering juga disebut Lempeng Litosfer

    §  Astheonosfer
    ¨       Lapisan dibawah litosfer yang wujudnya agak kental, kaya dengan silisium, aluminium dan magnesium.
    ¨       Tebal lapisan ini sekitar 130-160 km

    §  Mesosfer
    ¨       Lapisan ini lebih berat dan tebal dibanding lapisan yang lainnya, dan kaya dengan silisium dan magnesium.
    ¨       Tebalnya sekitar 2400-2750 km

    ·         Inti Bumi
    Inti bumi terbagi menjadi 2 yaitu:
    o   Inti bumi bagian luar
    §  Bagian dalam bumi yang melapisi inti bumi bagian dalam.
    §   Tebalnya sekitar 2250 km.
    §  Terdiri atas besi dan nikel cair dengan suhu 3900°C.


    o   Inti bumi bagian dalam

    ¨       Merupakan bagian paling dalam bumi dan dapat disebut inti bumi.
    ¨       Tebalnya sekitar 1200 km.
    ¨       Terdiri atas besi dan nikel padat dengan suhu dapat mencapai 4800°C.





    Zaman Es





    Apa yang terjadi jika bumi mengalami pergiliran musim yang cukup ekstrim ? hal ini terjadi beberapa juta tahun lalu. Yaitu zaman glacial dan interglasial. Zaman glasial dimulai dengan adanya Zaman Pleistosen yang berlangsung sekitar 600.000 tahun lalu. Zaman pleistosen ditandai dengan adanya siklus glasialisasi, yaitu mendinginnya iklim bumi dan meluasnya lapisan es tebal di kedua kutub. (Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa zaman es juga terjadi pada masa-masa jauh sebelum Zaman Pleistocenini). Terdapat bukti-bukti terjadinya sekurang-kurangnya 8 kali zaman es besar (empat di antaranya yang ekstrim, termasuk zaman es yang terakhir), diselingi zaman “antar-es” (interglacial) yang iklimnya relatif panas.
    Pada setiap zaman es, terjadi siklus yaitu air lautan mendingin lalu penguapan air menjadi berkurang. Hal itu lalu mengakibatkan jumlah awan berkurang dan curah hujan menurun sehingga tumbuhan berkurang dan gurun bertambah luas. Lapisan es di kutub bertambah tebal dan meluas ke daerah iklim sedang, sampai sepertiga permukaan bumi tertutup es. Karena banyak air berubah menjadi es, maka permakaan air laut surut, di beberapa tempat sampai lebih 100 meter.
    Hal yang sebaiknya terjaadi pada zaman Interglacial: iklim menjadi panas -> es kutub dan es gunung mencair -> hujan bertambah -> tumbuhan bertnabah. Juga permukaan laut naik sampai lebih dari 100 meter; laut “menyerbu” jauh ke daratan. Kecepatan naiknya permukaan laut ini rata-rata 5 cm/ tahun.
    Sementara itu di wilayah-wilayah bekas es, karena beban es itu tidak ada lagi, permukaan tanah naik ke atas berkat elastisitas kulit bumi. Kenaikan tanah ini ada yang lebih cepat dari naiknya permukaan laut, sehingga sedimen-sedimen laut ditemukan jauh di atas laut. Ini adalah proses “vaulting” yaitu pergeseran tektonik lempeng-lempeng kulit bumi, yang bisa mengangkat dasar laut mencuat jauh ke atas.
    FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN IKLIM
    Di Ensikopedia Britannica disebutkan, selama lebih dari saut abad para ilmuwan memperdebatkan terjadinya siklus iklim pada Zaman Pleistosen dan sebab-musababnya. Kata EB, ”many theories have been proposed to account for the [pleistocene] glaciation (pembentukan es), but most are deficient in view of _current_scientific knowledge about Pleistocene climates. One early theory of astronomical cycles, seems, to explain much of the climatic cycles.” Kemudian EB merasa perlu untuk bercerita panjang lebar mengenai teori astronomis itu.
    Peredaran bumi mengelilingi matahari (revolusi) diketahui mempunyai beberapa parameter yang berubah secara siklis:
    (1) Eksentritas orbit bumi, di mana sumbu eksentriknya bergeser dengan siklus 100 ribu tahun jadi tiap 100 ribu tahun sekali ada masa ketika musim dingin yang ekstra dingin di utara bertepatan dengan titik paling jauh bumi dari matahari à hasilnya adalah musim dingin yang ekstra dingin
    (2) Kemiringan sumbu bumi dari bidang orbit bumi yang juga mempunyai siklus 41 ribu tahun;
    (3) Pergeseran sumbu bumi (presesi) yang mempunyai siklus 19 ribu dan 23 ribu tahun.
    Dari ketiga parameter ini, para pakar dapat menghitun grafik radiasi panas yang diterima bumi untuk setiap garis lintang, dan setiap musim, selama 600 ribu tahun terakhir. Kemudian, pada tahun 1976 disajikan laporan hasil penelitian yang membuktikan siklus astronomis itu dengan kehisupan di bumi. Yakni dengan melakukan : 1) ‘Dating’ pada tingkat-tingkat dasar laut di Barbados dan Papua; dan yang lebih penting 2) Penetapan kronologi pembentukan es (Glasiasi) sebagaimana disimpulkan dari pengukuran isotop O2 kelautan. Analisis spectral dari isotop O2 yang diambil dari sampel-sampel laut dalam memperlihatkan adanya variasi iklim yang siklusnya mirip dengan siklus astronomis di atas : 100.000 tahun, 43.000 tahun, 24.000 dan 19.000 tahun.
    Penyebab terjadinya zaman es salah satunya adalah akibat terjadinya proses pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi. Letusan gunung Krakatau adalah salah satu contohnya dalam skala kecil sedangkan salah satu teori kepunahan dinosaurus (tumbukan Chicxulub) adalah salah satu contoh skala besar.
    Zaman Es Terakhir
    Dari segi pandang sudut di atas, zaman es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan es di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.
    Zaman Es di Nusantara
    Ketika zaman es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, karena banyak air yang membeku di daerah kutub. Kala itu Laut China Selatan kering, sehingga kepulauan Nusantara barat tergabung dengan daratan Asia Tenggara. Sementara itu pulau Papua juga tergabung dengan benua Australia. Setelah peristiwa pelelehan es tersebut, gelombang migrasi manusia ke Nusantara mulai terjadi.
    Bukti adanya zaman es
    Bukti geologis zaman es bermacam – macam, termasuk cacat pada batuan, glacial moraines, drumlin, potongan lembah, kemiringan batuan dan juga batuan glacial. Glacial suksesi cenderung mengahapus dan mengubah bukti geologisnya, membuat jadi lebih susah untuk diperkirakan. Lebih jauh lagi, bukti ini masih terlalu susah untuk di perkirakan waktunya secara tepat; teori – teori mengasumsikan bahwa jaman glacial lebih pendek dibanding interglacial. Adanya batuan sedimen dan es menunjukan kenyataan sebenarnya: jaman glacial itu panjang dan interglacial itu pendek.
    Bukti Khemis sebagian besar terdiri dari variasi rasio isotop pada fosil yang terdapat pada sedimen dan batuan sedimen dan batuan sedimen laut. Untuk periode glacial yang paling baru inti es menyediakan proxy iklim dari es, dan sample atmosfer dari yang terdapat pada gelembung di udara. Karena air mengandung isotop lebih berat mempunya titik uap yang lebih tinggi, maka prporsinya berkurang dengan kondisi yang lebih dingin. Ini mengakibatkan catatan tempratur dapat tersusun. Walaupun begitu, bukti ini dapat ditemukan pada factor lain yang tercatat oleh rasio isotop.
    Bukti Paleontologis terdiri dari perubahan – perubahan pada persebaran geografis fosil. Pada saat periode glacial organisme bersuhu dingin tersebar pada keleluasaan lebih rendah, dan organism yang menyukai kondisi lebih hangat menjadi punah. Bukti ini juga cukup sulit untuk di interpretasikan karena membutuhkan (1) sedimen yang terletak selama periode waktu yang lama, (2) organism kuno yang telah bertahan selama beberapa juta tahun tanpa perubahan dan suhu layaknya mudah diketahui; dan (3) penemuan fosil yang relevan, yang membutuhkan keberuntungan tinggi.
    Walaupun dengan kesusahan seperti ini, analisis terhadap batangan es dan inti sedimen laut menunujukan periode glacial dan interglacial selama beberapa juta tahun lalu. Ini semua juga memastikan hubungan antar jaman es dan fenomena lempengan antar benua seperti glacial moraines, drumlin dan batuan glacial. Maka itu pergerakan lempeng benua telah diterima sebagai bukti yang baik untuk jaman es awal ketika ditemukan di lembaran yang terbentuk jauh sebelum batangan es dan laut ada.


    Laut Dalam




    Lebih dari 60% permukaan bumi adalah lautan. Lautan yang besar merupakan habitat bagi hewan yang sebelumnya tidak pernah dieksplorasi manusia. Banyak sekali keragaman yang terjadi disini. Beberapa orang cenderung pergi ke luar angkasa untuk mengetahui kondisi sebuah planet. Tetapi bagaimana dengan lautan ? beberapa orang hanya mengetahui bahwa kehidupan di laut terjadi hanya di permukaannya atau yang disebut bagian interdial zone. Pada bagian ini sinar matahari dapat masuk ke dalam lautan, yang membantu proses fotosintesis dan pertumbuhan bagi hewan. Secara garis besar keadaan laut dibagi menjadi dua yaitu:
    ·          Air di laut yang tidak terlalu dekat dengan dasar laut. Pada posisi ini hewan-hewan laut melakukan kehidupannya. Dibagi menjadi beberapa sub bagian seperti:
    §  Epilagic dengan kedalam <= 200 m
    §  mesopelagic (200 –  1000 m ) pada kondisi tidak terjadi proses fotosintesis
    §   bathypelagic (1,000 - 4,000http://marinebio.org/_n/i/x.png meters)
    §  abyssopelagic (4,000 - 6,000http://marinebio.org/_n/i/x.png meters)
    §   
    Benthic pembagian berdasarkan tingkat sedimentasi batuan yang ada pada dasar laut

    Bagaimanakah kehidupan dilaut yang paling dalam ? Keadaan lingkungan laut dalam sangat gelap dan dipastikan hampir tidak ada proses  fotosintesis. Organisme yang hidup di perairan ini merupakan organism yang   sangat hebat, karena dapat bertahan hidup dengan kadar oksigen yang sangat minim dan tekanan laut yang sangat tinggi. Untuk itu mari kita lihat cirri-ciri lingkungannya :
      Keadaan lingkungan laut dalam sangat gelap dan dipastikan hampir tidak ada proses       fotosintesis. Organisme yang hidup di     perairan ini merupakan organism yang   sangat hebat, karena dapat bertahan     hidup dengan kadar oksigen yang sangat minim.
      Tekanan hidrostatis Meningkat secara konstan sebanyak 1 ATM (1 kg/cm2), setiap pertambahan kedalaman 10 meter.
      Kadar Oksigen Cukup untuk menghidupi seluruh organisme di laut dalam (DO= 4% s/d 6%; di perairan eufotik, DO= 3.5% s/d 7%).
      Sumber oksigen utama: air permukaan laut di Antartika dan Arktik yang kaya Oksigen.
      uhu Umumnya seragam, dengan kisaran 1 – 3oC (kecuali wilayah hydrothermal vents (>80oC) dan cold hydrocarbon seeps (<1 oC).
      Salinitas Umumnya seragam (35 ppm), pada daerah cold hydrocarbon seeps (hipersain = 40 permil).
      Sirkulasi air Sangat lamban (< 5 cm/detik), tergantung pada bentuk dan topografi dasar laut. Sikulasi air dan ventilasi dalam palung sangat menentukan kadar oksigen di laut dalam.
    Dengan kondisi yang  ekstrim hewan dilaut dalam memiliki sifat adaptasi yang unik yaitu:
    Warna:
    Ø  Ikan-ikan mesopelagik khusunya cenderung berwarna abu-abu keperakan atau hitam kelam. Tidak terdapat kontras warna seperti pada ikan-ikan epipelagik.
    Organ tubuh :



    Ø  MATA
    Biasanya memiliki mata yang sangat kecil atau bahkan tidak bermata karena untuk hidup di lingkungan yang gelap gulita mata tidak diperlukan.
    Ø  MULUT
    Ikan laut dalam relatif memiliki ukuran mulut besar. Dalam mulutnya terdapat gigi yang tajam dan melengkung ke arah tenggorokan, ini menjamin bahwa apa yang tertangkap tidak akan keluar lagi dari mulut.
    FENOMENA LAUT DALAM
    1. Gigantisme
    Peristiwa dimana pertumbuhan tubuh suatu organism lebih cepat dari keadaan normal
    1. Bioluminescence   
        
    Organ penghasil cahaya, digunakan untuk menarik perhatian mangsa, menerangi daerah sekelilingnya dan juga sebagai alat komunikasi antar jenis.






    FENOMENA HUJAN ES







    HUJAN es, dalam ilmu meteorologi disebut juga hail. Hujan es tidak hanya terjadi di negara sub-tropis, tapi bisa juga di daerah ekuator. 
    Dari berbagai penjelasan ilmiah yang dikumpulkan peneliti ternyata fenomena cuaca seperti hujan es bukanlah fenomena cuaca yang baru atau fenomena aneh. Fenomena ini biasa terjadi di Indonesia.
    Turunnya butiran es yang menyerupai salju itu disebabkan gumpalan awan yang dekat dengan permukaan bumi. Bila dekat dengan permukaan bumi, gumpalan awan itu tidak lebur dengan baik sehingga turun ke bumi dalam keadaan masih berbentuk kondensasi (gumpalan).
    Fenomena hujan es biasanya terjadi di daerah yang memiliki awan yang dekat dengan permukaan bumi. Di Jawa Barat bagian utara, misalnya, fenomena ini sering terjadi. Juga di sejumlah daerah lainnya di Indonesia.
    Butiran es yang jatuh ke bumi adalah semburan kondensasi air hujan yang menggumpal di atas permukaan bumi yang disebut awan gelap. Pertama kali akan keluar butir yang ada selama lima sampai 10 menit.
    Hujan es sebenarnya sulit terjadi. Fenomena ini harus ditunjang kondisi yang tepat. Pertama, hadirnya awan Comulonimbus (Cb) atau jenis awan berlapis-lapis seperti bunga kol, lalu adanya arus udara atas dan bawah yang kuat yang membekukan air hujan di puncak awan, kemudian menurunkannya ke tempat yang lebih hangat untuk menghimpun kelembaban sebelum siklus berulang. Semakin sering hal ini terjadi, semakin besar ukuran batu es dan kerusakan yang ditimbulkannya.
    Sebagian besar hujan es terjadi di daerah lintang 30-60 derajat dari garis Khatulistiwa, di dataran yang anginnya bertiup dari jajaran pegunungan besar. Hujan es intens bisa terjadi setiap kali udara hangat dan lembab tertolak ke tempat yang amat tinggi, bahkan di dekat Khatulistiwa.
    Hujan es dan angin puting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis atau Comulonimbus yang dekat dengan permukaan bumi. Dapat juga berasal dari multisel awan dan pertumbuhannya secara vertikal dengan luasan area horizontalnya sekitar 3-5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3-5 menit atau bisa juga 10 menit tapi jarang. Karenanya wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat lokal dan tidak merata


    AURORA



    Aurora adalah fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin matahari).
    Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora Borealis , yang dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara September dan Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa.
    Konon kata peneliti yang meneliti ionosfer, fenomena alam di atmosfer atas yang pertama kali teramati adalah aurora. Itu lho munculnya sinar warna-warni yang bentuknya macam-macam. Ada yang lengkung, garis, seperti lembaran, dll yang terlihat pada malam hari di angkasa. Menurut legenda-legenda Yunani dan Cina, aurora itu dianggap sebagai penampakan dari dewa/penguasa alam semesta.
    Aurora sendiri sebenarnya sudah bikin penasaran orang sejak tahun 1500 an. Beberapa teori tentang aurora diberikan oleh beberapa ahli. Edmund Halley yang sukses memprediksi kemunculan komet pernah memberi teori bahwa aurora itu uap air encer yang tersublimasi oleh pemanasan yang dengannya terkandung juga sulfur yang akan menghasilkan kilauan sinar warna-warni di atmosfer. Tahun 1746, Leonard Euler (Swiss) menyatakan bahwa aurora adalah partikel dari atmosfer bumi yang melampaui ambang batasnya akibat cahaya matahari dan selanjutnya naik ke ketinggian beberapa ribu mil. Di daerah kutub partikel-partikel ini tidak akan terdispersi akibat perputaran bumi. Orang ketiga yang berusaha menjelaskan tentang aurora adalah Benjamin Franklin. Pak Benjamin mengatakan bahwa aurora berkaitan dengan sirkulasi di atmosfer. Lebih lanjut Pak Ben menjelaskan bahwa atmosfer di daerah kutub lebih tebal/berat dan lebih rendah dibandingkan dengan di daerah ekuator karena gaya sentrifugalnya (gaya akibat rotasi) lebih kecil. Elektrisitas (kelistrikan) yang dibawa awan ke daerah kutub tidak akan dapat menembus es sehingga akan terputus melewati atmosfer bawah kemudian ruang hampa menuju ke ekuator. Elektrisitas akan kelihatan lebih kuat di daerah lintang tinggi dan sebaliknya di lintang rendah. Hal itulah yang akan tampak sebagai Aurora Borealis. Sebenarnya selama seratus lima puluh tahun terakhir banyak teori lain tentang aurora ini, antara lain bahwa aurora terjadi karena pemantulan sinar matahari oleh partikel-partikel es, pemantulan sinar matahari oleh awan, uap air yang mengandung sulfur, pembakaran udara yang mudah terbakar, pancaran partikel magnetik, debu meteor yang terbakar akibat gesekan dengan atmosfer, thunderstorm, listrik yang timbul antara dua kutub .
    Sekitar tahun 1800 an karakteristik aurora mulai diketahui. Seorang ilmuwan Inggris bernama Cavendish berhasil menghitung ketinggian aurora yaitu antara 52 s.d 71 mil (83 km s.d 113,6 km). Tahun 1852 diketahui bahwa ada hubungan antara aktivitas geomagnet, aurora, dan sunspot dimana frekuensi dan amplitudo ketiganya berfluktuasi dengan periode yang hampir sama yaitu 11 tahunan. Tahun 1860, Elias Loomis berhasil membuat diagram yang menunjukkan daerah dengan kejadian aurora paling banyak. Dari temuannya itu diketahui bahwa ternyata aurora berhubungan dengan medan magnet bumi. Angstrom, seorang ilmuwan Swedia, pada tahun 1867 berhasil melakukan pengukuran spektrum-spectrum dari aurora. Penelitian tentang aurora semakin menemukan titik terang ketika seorang fisikawan Inggris J.J. Thomson berhasil menemukan elektron dan fisikawan Swedia Kristian Birkeland menyatakan bahwa aurora disebabkan oleh sinar dari elektron yang diemisikan matahari. Ketika elektron-elektron itu sampai ke bumi akan dipengaruhi oleh medan magnet bumi, dan terbawa ke daerah lintang tinggi dan terjadilah aurora.


    JAGAT RAYA






    Pengertian Jagat Raya
    Jagat Raya adalah istilah lain dari alam semesta. Dalam ilmu astronomi (ilmu yang mempelajari ihwal bintang) Jagat Raya, semesta, / yang disebut Cosmos sesungguhnya adalah sebuah ruang tempat segenap benda langit berada, termasuk bumi tempat manusia hidup. Di Jagat Raya terdapat bermilyar bintang, planet - planet, komet, serta meteor. Selain itu, di Jagat Raya juga terdapat benda - benda langit lain seperti debu, kabut, dan gas.

    Jagat Raya dengan segala isinya masih menyimpan misteri. Sebagian sudah ada yang terungkap, namun masih banyak yang belum diketahui, misalnya dimana batas / dinding dari ruang yang disebut alam semesta / Jagat Raya tersebut ? Maka, jawabannya adalah tidak terbatas. Mengapa ? Karena hingga saat ini kemampuan manusia melalui ilmu pengetahuan dan teknologinya belum dapat membuktikan dimana ujung / dinding dari ruang Jagat Raya tersebut.

    Namun demikian, melalui penelitian yang terus - menerus, sebagian rahasia Jagat Raya mulai dapat diketahui. Misalnya, tentang letak, gerakan, dan bentuk benda langit yang dekat dengan bumi. Lebih jauh lagi telah diketahui bahwa sistem Tata Surya kita hanya sebagian kecil dari pengisi Galaksi Bimasakti. Manusia juga akhirnya memahami bahwa Galaksi Bimasakti bukan satu-satunya galaksi pengisi Jagat Raya.

    B.    Teori Pembentukan Jagat Raya
    Apakah yang disebut jagad raya? Bagaimanakah bentuk jagad raya? Teori-teori jagad raya telah banyak dikemukakan para ahli astronomi. Teori ini telah berkembang sepanjang waktu sejalan dengan kecanggihan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan manusia. Para ahli astronomi telah banyak mengungkap rahasia alam semesta, jika manusia melihat ke angkasa seolaholah batas pandang kita berbentuk setengah lingkaran dikatakan para ahli astronomi “Bola Langit”.
    Bola langit adalah suatu ruang (space) yang tak terhingga luasnya dan seolah-olah berbentuk lingkaran (seperti bola). Jagad raya adalah alam semesta yang sangat luas dan tidak terukur, terdiri atas berjuta benda-benda angkasa, dan beribu-ribu kabut gas atau kelompok nebula, kemudian kabut gas tersebut tersusun menjadi gugusan bintang. Proses tersebut tidak berlangsung cepat, tetapi terbentuk berjuta-juta tahun lamanya. Galaksi kita, yaitu Bimasakti, terletak di antara kabut gas tersebut, yang mempunyai bentuk spiral. Selain itu, terdapat kabut spiral lain yang terkenal yaitu kabut Andromeda yang letaknya paling dekat dengan Bimasakti.
    Galaksi Bimasakti disebut juga Milky Way (Inggris) dan De Melkweg (Belanda), astronom yang pernah menyelidiki galaksi ini di antaranya Kapteyn Seeliger, Charlier, dan Shapley. Galaksi Bimasakti dapat disimpulkan sebagai berikut.
    1.    Inti Galaksi Bimasakti terletak di arah gugusan bintang sagitarius ± 35 juta tahun cahaya dari matahari.
    2.    Bimasakti berbentuk keping atau roda cakram, dan porosnya sebagai inti sistem.
    3.    Corak atau struktur spiral dengan massa lebih kurang 100 miliar massa matahari yang sebagian besar tidak terlihat dalam kabut gelap atau bintang yang hampir padam.
    4.    Garis tengah susunan perbintangan 80.000–10.000 tahun cahaya dan tebalnya 3.000 tahun cahaya sampai mencapai 15.000 tahun cahaya di tengahnya.
    5.    Matahari berada pada jarak 30.000–35.000 tahun cahaya dari pusat sistem galaksi.
    6.    Matahari dengan bintang-bintang lain sebagai sistem lokal dalam ruang matahari berada.
    Kecepatan berputar 450 km/detik dalam waktu 225 juta tahun (kosmis) untuk sekali berputar lengkap. Benda angkasa lain yang berupa bintang-bintang juga bertaburan di langit. Bintang memancarkan cahaya dan panas sendiri karena suhu yang tinggi. Salah satu contoh bintang adalah matahari.
    Beberapa teori tentang terjadinya jagad raya adalah sebagai berikut.
    1.    Teori Jagad Raya Mengembang
    Teori ini dikemukakan oleh Hubble, yang menjelaskan bahwa galaksi-galaksi bergerak saling menjauhi, yang berarti jagat rayamengembang menjadi lebih luas.
    2.    Teori Ledakan Besar
    Teori ini menjelaskan bahwa dahulu kala galaksi-galaksi pernah saling berdekatan dan berasal dari massa tunggal, kemudian dalam keadaan massa tunggal jagad raya menyimpan suhu dan energi sangat besar. Besarnya energi dan tingginya suhu tersebut menimbulkan ledakan besar yang menghancurkan massa tunggal sehingga terpisah menjadi serpihan-serpihan sebagai awal jagad raya. Salah satu pendukung teori ini adalah Stephen Hawking, seorang ahli fisika teoritis.
    3.    Teori Keadaan Tetap
    Teori ini menjelaskan bahwa materi baru yang berupa hidrogen telah mengisi ruang kosong yang timbul dari pengembangan jagad raya. Teori ini dipelopori oleh Fred Hoyle. Di dalam teori ini dijelaskan pula bahwa jagad raya tetap keadaannya dan akan selalu tampak sama. Stephen Hawking mengatakan bahwa materi yang mengisi ruang dan berupa materi baru bersifat memencar sehingga keadaan jagad raya selalu mengalami perubahan.

    Berikut beberapa anggapan mengenai jagad raya :
    1.    Anggapan Antroposentris
    Anggapan ini menyatakan bahwa manusia merupakan pusat segalanya. Anggapan ini muncul sejak manusia primitif. Bangsa Ibrani pada masanya menganggap langit disangga oleh tiang-tiang raksasa, sedangkan matahari, bulan, dan bintang melekat di langit serta hujan yang turun melalui jendela-jendela yang berada di langit. Anggapan ini bermula dari konsep alam semesta bangsa Babylon.
    2.    Anggapan Geosentris
    Anggapan ini menyatakan bahwa bumi merupakan pusat alam semesta dan pusat segala kekuatan, benda langit lainnya bergerak mengelilingi bumi. Anggapan ini muncul kira-kira pada abad ke-6sebelum Masehi. Keberadaan anggapan Geosentris juga didukung oleh beberapa ilmuan, seperti: Plato, Socrates, Aristoteles, Anaximander, dan Pythagoras.
    3.    Anggapan Heliosentris
    Anggapan ini menyatakan bahwa matahari merupakan pusat jagad raya. Anggapan ini muncul sejakberkembangnya penelitian yang didukung oleh peralatan yang lebih maju, demikian pula sifat keingintahuan ilmuwan yang memunculkan gagasangagasan kritis.
    Keberadaan anggapan Heliosentris juga didukung oleh beberapa ilmuwan, seperti: Galileo, Isaac Newton, Nicolaus Copernicus, dan Johanes Kepler.