HUJAN es, dalam ilmu meteorologi disebut juga hail. Hujan es tidak hanya terjadi di negara sub-tropis, tapi bisa juga di daerah ekuator.
Dari berbagai penjelasan ilmiah yang dikumpulkan peneliti ternyata fenomena cuaca seperti hujan es bukanlah fenomena cuaca yang baru atau fenomena aneh. Fenomena ini biasa terjadi di Indonesia.
Turunnya butiran es yang menyerupai salju itu disebabkan gumpalan awan yang dekat dengan permukaan bumi. Bila dekat dengan permukaan bumi, gumpalan awan itu tidak lebur dengan baik sehingga turun ke bumi dalam keadaan masih berbentuk kondensasi (gumpalan).
Fenomena hujan es biasanya terjadi di daerah yang memiliki awan yang dekat dengan permukaan bumi. Di Jawa Barat bagian utara, misalnya, fenomena ini sering terjadi. Juga di sejumlah daerah lainnya di Indonesia.
Butiran es yang jatuh ke bumi adalah semburan kondensasi air hujan yang menggumpal di atas permukaan bumi yang disebut awan gelap. Pertama kali akan keluar butir yang ada selama lima sampai 10 menit.
Hujan es sebenarnya sulit terjadi. Fenomena ini harus ditunjang kondisi yang tepat. Pertama, hadirnya awan Comulonimbus (Cb) atau jenis awan berlapis-lapis seperti bunga kol, lalu adanya arus udara atas dan bawah yang kuat yang membekukan air hujan di puncak awan, kemudian menurunkannya ke tempat yang lebih hangat untuk menghimpun kelembaban sebelum siklus berulang. Semakin sering hal ini terjadi, semakin besar ukuran batu es dan kerusakan yang ditimbulkannya.
Sebagian besar hujan es terjadi di daerah lintang 30-60 derajat dari garis Khatulistiwa, di dataran yang anginnya bertiup dari jajaran pegunungan besar. Hujan es intens bisa terjadi setiap kali udara hangat dan lembab tertolak ke tempat yang amat tinggi, bahkan di dekat Khatulistiwa.
Hujan es dan angin puting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis atau Comulonimbus yang dekat dengan permukaan bumi. Dapat juga berasal dari multisel awan dan pertumbuhannya secara vertikal dengan luasan area horizontalnya sekitar 3-5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3-5 menit atau bisa juga 10 menit tapi jarang. Karenanya wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat lokal dan tidak merata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar